Antusiasmeorang tua yang hadir dalam POT Tahun Ajaran 2021/2022 menunjukkan keperdulian orang tua siswa terhadap peningkatan kualitas sekolah serta membangun komunikasi dengan sekolah. Semoga guru dan orang tua dapat terus bersinergi dan berjalan bersama dalam mendidik anak-anak generasi penerus bangsa yang dapat memuliakan nama Tuhan.
Dalam beberapa dekade terakhir, siswa di Indonesia belum mencapai hasil yang baik dalam berbagai tes internasional. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat – khususnya mereka yang miskin, dan berada di daerah perdesaan dan tertinggal – belum menyadari tantangan tersebut. Survei yang dilakukan Bank Dunia pada 2016-2017 di 270 Sekolah Dasar SD sangat terpencil di Indonesia menemukan bahwa hasil pembelajaran sebagian besar siswa masih berada pada dua jenjang di bawah kelas mereka. Yang juga mengejutkan, survei yang sama menemukan 83% orang tua siswa merasa puas dengan kinerja sekolah. Dengan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan akuntabilitas guru di daerah terpencil, melalui program KIAT Guru, Bank Dunia mendukung pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di desa sangat tertinggal. Di Indonesia, seringkali orang tua tidak mengetahui perkembangan belajar anak mereka dibanding siswa di kelas maupun sekolah lain. Ini disebabkan tolak ukur hasil belajar hanya tersedia melalui Ujian Nasional pada jenjang terakhir sekolah dasar. KIAT Guru mengembangkan Tes Cepat agar masyarakat dapat menilai dan memantau perkembangan hasil belajar siswa secara sederhana dan lebih rutin. Pelaksanaan Tes Cepat melibatkan orang tua untuk memahami keadaan pembelajaran siswa, dan memampukan masyarakat untuk mengambil tindakan bersama dengan pemangku kepentingan lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar di desa mereka. Tes Cepat dikembangkan berdasarkan sebuah gerakan yang dipelopori oleh Pratham di India melalui Annual Status of Education Report. Penilaian yang dilakukan oleh masyarakat memastikan objektifitas hasil tes dapat lebih diandalkan dibanding jika penilaian dilaksanakan oleh pihak sekolah. Melalui tampilan hasil tes yang mudah dipahami, pemangku kepentingan dapat lebih menghargai prestasi siswa SD dalam membaca dan matematika, dibandingkan dengan target kurikulum nasional. Tampilan tersebut sangat penting untuk memberikan informasi yang dapat dipahami dan ditindaklanjuti oleh masyarakat, dan memberdayakan mereka untuk lebih terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai pendidikan anak-anak mereka. Meskipun tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan tes, para guru ikut serta dalam mendiseminasi hasil tes dalam pertemuan-pertemuan di desa. Pemangku kepentingan melihat hasil Tes Cepat dalam tabel sederhana seperti di bawah. Enam murid dipilih secara acak untuk mewakili kelasnya. Jika kemampuan murid berada pada kelasnya, dia akan terhitung dalam kotak berwarna hijau. Murid yang memiliki kemampuan di bawah kelasnya akan berada di sebelah kiri kotak berwarna hijau, termasuk mereka yang belum mengenal huruf atau belum mengenal angka. Kelas Belum Mengenal Huruf/ Belum Mengenal Angka Di bawah Kemampuan Dasar 1 2 3 4 5 6 Jumlah Murid 1 5 1 0 0 0 0 0 0 6 2 3 2 0 1 0 0 0 0 6 3 0 0 0 5 1 0 0 0 6 4 0 0 0 0 1 4 1 0 6 5 0 0 0 1 0 5 0 0 6 6 0 0 0 0 1 1 4 0 6 Dengan melihat hasil penilaian tersebut, orang tua menyadari bahwa anak mereka belum memiliki kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran di kelasnya dengan baik. Hal ini mendorong orang tua untuk menuntut kinerja yang lebih baik dari guru, dan untuk terlibat lebih aktif dalam pendidikan anaknya. Ketika hasil Tes Cepat diumumkan kepada orang tua dan masyarakat untuk pertama kalinya, salah satu orang tua pun bertanya kepada guru, “Jika anak saya tidak memiliki kemampuan membaca dan berhitung, kenapa dia naik kelas?” Alur penilaian Tes Cepat bersifat adaptif, sehingga memungkinkan murid untuk menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 30 menit. Murid memulai tes dengan soal yang sesuai dengan jenjang kelasnya. Jika jawaban dia benar, maka akan mendapatkan soal lebih sulit, dan sebaliknya jika salah akan mendapatkan soal yang lebih mudah. Tingkat kesulitan tes berjalan sesuai dengan kemampuan murid dan berakhir pada soal yang paling sulit yang dapat dijawab oleh anak dan menunjukkan tingkat kompetensinya. Tes Cepat menjembatani kesenjangan informasi tentang kualitas pembelajaran antara orang tua dan guru, maupun pengawas sekolah dan pihak sekolah. Diseminasi Tes Cepat menghasilkan tindakan nyata untuk memperbaiki lingkungan belajar anak di sekolah maupun di rumah. Berbeda dengan perangkat penilaian berbasis masyarakat lainnya, Tes Cepat tidak menyasar pada intervensi perbaikan metode pembelajaran di kelas. Hasil Tes Cepat digunakan oleh masyarakat dan sekolah untuk mengembangkan Janji Bersama, yang berisi tiga indikator berkaitan yang disepakati oleh kepala sekolah, guru, dan orang tua. Kategori Janji Bersama termasuk peningkatan kehadiran guru di dalam kelas, kegiatan pembelajaran di rumah, serta pendampingan pembelajaran remedial. Dengan Janji Bersama, guru dan orang tua dapat memonitor kinerja masing-masing tiap bulan. Pada akhir semester, Tes Cepat kembali dilakukan untuk memantau perkembangan pembelajaran setelah Janji Bersama dilakukan, dan sekaligus memberikan input bagi perbaikan Janji Bersama untuk semester selanjutnya. Saat masyarakat memahami kualitas pendidikan, mereka pun lebih berdaya untuk bertindak dan mengajak pemangku kepentingan di sekitarnya untuk bersama-sama memperbaiki ekosistem belajar. Setelah satu tahun berjalannya program KIAT Guru, pertemuan antara guru dan orang tua murid untuk membahas hasil belajar meningkat dari kali ke 3 kali dalam satu tahun. Hasil belajar murid juga meningkat 12% kenaikan, untuk rerata numerasi dari 37 ke 49, sementara untuk rerata literasi dari 37 ke 50 13% kenaikan. Terkait Empowering Frontlines, Leveraging Technology Basic Service Delivery in 21st century Indonesia
Contohpidato perpisahan dari wali murid. Sambutan wali murid terkadang memang penting dan kadang juga jika anda orang tua anak saat pertemuan guru dengan orang tua sambutan orang tua juga sering dilakukan. Beberapa pidato sambutan juga biasanya termasuk ke dalam daftar acara. Setelah sebelumnya kami memberikan contoh pidato perpisahan siswa sd
- Selain membekali siswa dengan kemampuan akademis, pendidikan karakter dinilai menjadi poin penting untuk menumbuhkan generasi-generasi dengan karakter positif. Agar anak tumbuh sesuai dengan karakter yang diharapkan, orang tua dan guru perlu memiliki visi dan misi yang dari Sahabat Keluarga Kemendikbud, agar visi dan misi sejalan, sekolah harus mendorong dan mendukung orangtua untuk melakukan pendidikan karakter di rumah. Sebaliknya, orangtua juga harus mendukung upaya sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai dan karakter yang baik selama anak bersekolah. Kerja sama sekolah dengan orangtua dalam pendidikan karakter akan lebih terlihat bila orangtua dan guru turut melibatkan komunitas yang lebih luas, seperti lembaga keagamaan, komunitas bisnis, organisasi pemuda, organisasi non-ptofit, bahkan media massa. Baca juga 3 Syarat Pendidikan Karakter Berjalan Efektif Berikut sejumlah langkah yang perlu dilakukan pihak sekolah dan orangtua agar saling bersinergi, menurut Sahabat Keluarga Kemendikbud1. Guru dan orang tua melakukan pertemuan di awal tahun ajaran atau bahkan sebelum tahun ajaran berlangsung. Dalam pertemuan tersebut, tanamkan kesadaran pentingnya peran guru dan orangtua dalam penumbuhan karakter anak. 2. Orangtua perlu memahami bahwa karakter anak terbentuk melalui apa yang dilihat, didengar dan dilakukan secara berulang-ulang oleh anak setiap harinya. Terutama di rumah di mana anak menghabiskan banyak waktunya. 3. Untuk memperkuat pemahaman orangtua, guru bisa memaparkan beberapa penelitian tentang pengaruh kuat orangtua dalam menumbuhkan karakter anak. 4. Selain dalam pertemuan tahunan, sekolah juga bisa mengadakan kelas parenting. Berbagi ide dan masukan dari orangtua mengenai topik parenting yang menarik. 5. Orangtua perlu melibatkan diri dalam komunitas sekolah, seperti komite orangtua untuk perencanaan pendidikan karakter. 6. Guru perlu melakukan komunikasi langsung secara pribadi dengan orang tua. Dalam pertemuan pribadi itu, guru bisa menanyakan mengenai karakter, kebiasaan sehari-hari anak dan perilaku anak yang bisa dijadikan pertimbangan guru dalam mendidik anak di kelas. 7. Sekolah perlu mengajak orangtua dan anak didik untuk mengunjungi ruang kelas sebelum hari pertama sekolah sebagai ruang bersosialisasi. 8. Sekolah perlu memberikan kalender kegiatan bulanan kepada orangtua, sehingga orangtua dapat mendukung kegiatan tersebut dengan cara melakukannya di rumah.
Visidan Misi Kementerian AgamaTahun 2020-2024 Struktur Organisasi Kanwil Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Agama Provinsi
Kerja sama orang tua dan guru – Ketika mendidik anak orang tua perlu memperhatikan banyak aspek. Mulai dari lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, hingga lingkungan pertemanan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Dalam lingkungan sekolah, Anda sebagai orang tua perlu membuat sinergi dengan pihak sekolah, khususnya dengan guru. Karena, dalam pendidikan orang tua dan guru adalah tonggak utama dalam membangun karakter anak. Orang tua dan guru perlu melakukan kerja sama yang kompak dan bersinergi agar dalam proses pendidikan anak dapat meraih hasil yang optimal. Pemahaman ini seharusnya menjadi dasar yang perlu diketahui oleh orang tua dan guru. Anda sebagai orang tua tidak bisa menyerahkan seluruh hal tentang pendidikan anak kepada guru. Karena itu menjadi kewajiban kedua belah pihak. Di tengah pandemi Covid-19 ini kegiatan belajar mengajar di sekolah terpaksa harus dihentikan. Kemudian, pemelajaran harus dialihkan dengan menggunakan metode daring. Untuk itu orang tua perlu memberi perhatian khusus pada anak ketika sedang belajar di rumah. Bentuk Kerja Sama Guru dan Orang Tua Pandemi membuat orang tua lebih terlibat dalam pendidikan anak. Bahkan keterlibatan orang tua begitu signifikan. Banyak diantara orang tua yang sangat kewalahan, terutama awal-awal anak belajar di rumah. Bayangkan saja, dulu mungkin orang tua menyerahkan hampir seluruhnya masalah pendidikan atau pelajaran di sekolah pada guru. Jika anak masih membutuhkan bantuan orang tua sering kali mencarikan guru les. Kondisi pandemi membuat mata semua orang terbuka, tentang pendidikan anak di sekolah, kemampuannya, kelebihannya, dan hal lain yang menjadi tantangan atau kendala untuk anak. Orang tua menjadi semakin melek bahwa kerja antara orang tua dan guru itu sangat penting. Sejatinya, pendidikan adalah proses kerja tim yang meliputi guru, orang-orang di sekitar anak, mulai dari teman, keluarga, dan tetangga rumah, dan tentu jelas orang tua. Guru adalah patner orang tua dalam mendidik anak. Oleh karena itu guru bukanlah aktor tunggal yang menentukan keberhasilan pendidikan anak. Jadi, jangan enggan untuk mencampuri proses pendidikan anak. Jangan menyerahkan semua pendidikan pada guru anak sepenuhnya. Orang tua harus memiliki andil yang imbang juga. Kerja Sama Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kerja sama guru dan orang tua menjadi sangat penting untuk perkembangan pendidikan anak. Beberapa kerja sama yang dapat dilakukan orang tua dengan guru akan berdampak baik untuk tumbuh kembang anak dalam belajar. Menjadi contoh yang baik, karena anak-anak lebih meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya, terutama para orang tua. Memberikan contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih efektif daripada sekadar memberikan nasehat. Lakukan komunikasi aktif dengan anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kosakata anak, menumbuhkan empati pada orang lain dan lingkungan, serta mengajari anak kritis dalam menghadapi berbagai persoalan. Tanyakan berbagai hal padanya, dengarkan pendapatnya. Anak yang aktif berkomunikasi dengan orang tuanya cenderung aktif dalam diskusi di kelas. Semangati anak untuk melakukan usaha yang terbaik. Serta beri pengertian pada anak untuk fokus pada prosesnya dalam belajar bukan pada hasil akhir. Karena proses itu yang akan membuat anak banyak belajar ketika membuat kesalahan. Berikan anak kesempatan untuk berbuat salah. Tidak mendapatkan nilai akademis sempurna bukanlah akhir dari segalanya. Biarkan anak dihukum karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau membawa tugas. Tidak masalah jika semester ini nilainya turun. Anak juga perlu belajar dari kesalahan dan menerima konsekuensinya. Anak tidak perlu selalu harus dibantu, karena anak yang selalu dibantu untuk tampil sempurna, biasanya tidak tahan banting. Dukung sekolah mematuhi tata tertib dan kebijakan sekolah, agar anak belajar menghargai dan disiplin. Jika anak mengalami hambatan di sekolah, bicarakan dengan wali kelasnya sesegera mungkin untuk mendapatkan jalan keluar dan tidak berlarut-larut. Hasil Kerja Sama Guru dan Orang Tua Kerja sama antara guru dan orang tua dalam pendidikan anak akan menghasilkan karakter anak yang berkualitas. Pemahaman mengenai keterlibatan guru dan orang tua dalam pendidikan anak akan membuat anak merasa nyaman ketika belajar. Anak akan merasakan bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua atau gurunya terhadapnya selaras. Hal tersebut akan menimbulkan kesadaran pada anak bahwa apa atau nilai-nilai yang sedang diajarkan adalah sama. Itu akan membentuk karakter anak yang makin kuat dan lekat. Sinergi antara orang tua dan guru akan menghasilkan pendidikan untuk anak yang berkualitas, anak juga akan nyaman dengan apa yang ia pelajari baik dengan gurunya atau orang tuanya. Manfaat Kerjasama Guru dengan Orang Tua Murid Sebagai orang tua, apakah Anda sudah pernah bertemu dengan guru anak Anda untuk membahas tentang pendidikannya? Mungkin beberapa sekolah sudah mengadakan pertemuan dengan orang tua murid, terutama untuk orang tua murid baru. Biasanya pada pertemuan tersebut pihak sekolah memperkenalkan para guru dan karyawan, serta menjelaskan berbagai kegiatan belajar mengajar, masalah administrasi, dan lain sebagainya. Sekolah sebagai mitra orang tua dalam mendidik anak, untuk itu perlu adanya sinergi dan kerja sama aktif antara guru dengan orang tua. Oleh sebab itu keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah merupakan kerja sama jangka panjang. Keterlibatan orang tua ada yang bersifat praktis dan ada pula yang bersifat konseptual. Keterlibatan yang bersifat praktis misalnya berkenalan dan menjalin komunikasi dengan para guru, minimal wali kelas anak. Menjalin komunikasi bukan hanya saat anak mendapat masalah atau saat menerima rapot, namun juga bisa bertegur sapa dan menanyakan perkembangan anak secara berkala. Selain itu, orang tua juga dapat terlibat aktif dalam kegiatan komite sekolah atau organisasi orang tua murid di sekolah. Ada banyak yang membutuhkan peran aktif orang tua, seperti kegiatan bazar maupun seminar. Sementara, keterlibatan orang tua dalam hal konseptual antara lain menyumbangkan ide untuk kemajuan sekolah, misalnya memberikan masukan mengenai syarat kantin sekolah, latihan evakuasi, dan lain sebagainya. Hal itu bertujuan bukan hanya untuk kemajuan sekolah, namun juga untuk kebaikan anak sendiri. Manfaat keterlibatan orang tua di sekolah anak antara lain dapat meningkatkan semangat anak dalam belajar, karena mereka menyadari orang tuanya selalu ada untuk mereka. Anak juga merasa bangga melihat orang tuanya aktif di sekolah, pasti mereka anak merasa nyaman. Hal ini tentu berdampak positif bagi perkembangan berbagai kemampuan anak. Ini juga membantu guru dan memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kerja Sama antara Guru dan Siswa di Sekolah Di masa pandemi Covid-19 ini, pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka. Pembelajaran harus melalui sistem online. Pembelajaran jarak jauh ini menjadi konsep yang baru bagi dunia pendidikan. Dalam hal ini teretaksi guru dan siswa harus berjalan dengan baik. Akan tetapi, kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Dibuktikan dengan beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hal tersebut membuat peran utama orang tua sebagai tempat pendidikan pertama di keluarga menjadi sangat signifikan. Orang tualah yang harus mendampingi putra-putrinya dalam proses pembelajaran jarak jauh PJJ. Apalagi, jika anak masih dalam jenjang SMP ke bawah, ini sangat membutuhkan pendampingan orang tua atau wali siswa ketika kegiatan pembelajaran jarak jauh PJJ sedang berlangsung. Kerja sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Orang tua adalah sosok yang seharusnya paling mengenal kapan dan bagaimana anak belajar sebaik-baiknya. Pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring, ketika masih dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, kegiatan belajar mengajar tetap bisa dilaksanakan walaupun tidak dengan tatap muka, karena memang mobilisasi masih dibatasi. Untuk itu perlu adanya adaptasi terhadap hal-hal baru ini, khususnya pembelajaran jarak jauh. Orang tua perlu memberi pengertian pada anak untuk mulai belajar menyesuaikan diri dengan pembelajaran jarak jauh ini. Supaya anak tetap bisa belajar dengan nyaman walaupun tidak bertemu langsung. Ketika orang tua atau wali sudah memberikan pengertian atau pemahaman pada anak, diharapkan anak bisa bekerja sama secara baik dengan guru ketika pembelajaran daring sedang berlangsung. Pendampingan oleh orang tua atau wali juga diperlukan untuk memastikan bahwa anak benar-benar nyaman dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran daring dengan baik. Kerja Sama Orang Tua dan Guru dalam Pembelajaran Daring Guru dan orang tua hakekatnya memiliki tujuan yang sama dalam pendidikan anak. Yaitu, mendidik, membimbing, membina, serta memimpin anaknya menjadi orang dewasa serta dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk mewujudkan harapan tersebut tentu harus ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua. Kerja sama yang baik antara guru dan orang tua sangat penting karena kedua belah pihak inilah yang setiap hari berhadapan langsung dengan anak. Jika kerja sama antara guru dan orang tua kurang baik, maka pendidikan anak tidak akan berjalan dengan maksimal. Kerja sama antara kedua belah pihak ini mendorong siswa untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, yaitu belajar dengan tekun serta bersungguh-sungguh. Pembelajaran Daring Sudah hampir dua tahun pandemi Covid-19 telah melanda dunia ini. Virus yang melanda seluruh dunia yang menjadi kendala sebagian besar umat manusia, hal ini memberikan perubahan besar bagi seluruh kehidupan masyarakat dunia. Dampak yang dialami terasa sampai seluruh aspek di kehidupan, terlebih lagi di bidang ekonomi. Namun, di samping itu dampak yang sangat dirasakan dari pandemi Covid-19 ini adalah bidang pendidikan. Di bidang pendidikan, pemerintah terpaksa membuat kebijakan untuk menutup sekolah dan mengalihkan seluruh kegiatan pembelajaran luring menjadi pembelajaran daring, atau sering disebut pembelajaran jarak jauh PJJ. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua murid dalam melaksanakan pembelajaran daring ini, di mana kedua belah pihak bisa saling memahami, mengenal, menghormati, serta saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Hal tersebut akan sulit dijalankan apabila kedua orang tua bekerja dan tidak bisa membimbing anaknya dalam mengikuti pembelajaran daring. Diperlukan kerja sama yang baik agar keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di rumah dapat berjalan dengan maksimal. Pelaksanaan pembelajaran dari rumah menggunakan metode dan media pembelajaran jarak jauh PJJ dalam jaringan daring dan luar jaringan luring. Media pembelajaran jauh secara luring dilakukan melalui program siaran televisi nasional, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, alat peraga dari benda dan lingkungan sekitarnya, serta bahan ajar cetak. Sedangkan media pembelajaran jarak jauh daring terdapat dua puluh tiga lama yang dianjurkan oleh Kemendikbud untuk diakses oleh peserta didik sebagai sumber belajar. Tujuan pelaksanaan belajar dari rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk darurat Covid-19, mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di satuan pendidikan serta memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua. Dengan kondisi seperti saat ini tentu peran orang tua di rumah dalam hal pendidikan anak menjadi sangat krusial. Orang tua dituntut untuk mampu menjadi tenang pendidik di rumah atau minimal bisa menemani dan mengawasi anak ketika sedang melakukan pembelajaran jarak jauh serta mengerjakan tugas. Sekolah yang Memiliki Program Pengembangan dan Pendidikan Orang Tua Pengetahuan dasar orang tua tentang bagaimana mendidik anak kadang menjadi masalah utama yang bisa menjadi sebab pendidikan anak kurang optimal, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah. Hal ini menjadikan orang tua tidak paham akan peran dan tanggung jawab mendidik anak. Sementara itu program pendidikan orang tua akan pentingnya pola asuh dan mendidik anak masih sangat terbatas. Begitu pula dengan program sekolah yang mencoba mengajak dan melibatkan orang tua dalam melangsungkan proses pendidikan secara berkesinambungan untuk anak juga masih sangat minim. Meningkatkan pengetahuan dasar orang tua dalam mendidik anak menjadi program yang perlu dan terus dikembangkan. Sekolah dan keluarga semestinya berjalan harmonis untuk melakukan proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak. Sekolah dapat mengambil peran lebih yaitu dengan mengembangkan program pendidikan untuk orang tua. Program tersebut dapat menjadi komunikasi sinergis antara orang tua dan sekolah, terutama guru, dalam memantau tumbuh kembang anaknya. Selain itu program pendidikan untuk orang tua siswa ini juga bisa diisi dengan berbagai materi yang dapat memberikan wawasan orang tua tentang pendidikan anak. Program pendidikan orang tua siswa merupakan program yang diinisiasi oleh pihak sekolah, tujuannya adalah meningkatkan wawasan dan pengetahuan dasar orang tua tentang pendidikan anak. Namun seperti apa program yang telah dikembangkan perlu dikaji, dianalisa, dan didiskusikan lebih mendalam. Bagaimana kurikulumnya, strategi dan metode penyampaiannya, media dan bahan ajarnya, serta instruktur dan fasilitatornya. Dari permasalahan tersebut dan program pendidikan orang tua sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan serta pelibatan orang tua secara merata, perlu pemetaan dan kajian pengembangan program sekolah untuk orang tua siswa. Usaha ini akan bermanfaat bagi upaya strategis sekolah maupun pemerintah dalam meningkatkan pendidikan pada masyarakat. Baca juga Mengajarkan Pentingnya Pendidikan Sex untuk Anak Sedini Mungkin
FormatBuku Penghubung Orang Tua Siswa Dengan Guru ini merupakan format terbaru yang mungkin anda perlukan dalam menunjang tugas anda sebagai guru baik wali kelas maupun guru kelas. File ini akan saya bagikan secara gratis sebagai bahan referensi yang mungkin sesuai dengan harapan anda. Buku Penghubung berfungsi sebagai pencatatan atau juga sebagai agenda dalam hal pertemuan antara Guru/ Wali
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orangtua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orangtua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 513 Syntax Idea p–ISSN 2684-6853 e-ISSN 2684-883X Vol. 3, No. 3, Maret 2021 KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA SMAN 1 LEMBAH GUMANTI Elfina, Firman dan Rusdinal Universitas Negeri Padang Sumatera Barat, Indonesia Email vinachamelisa firman dan rusdinal Abstract The purpose of this study is to describe how schools should shape the characteristics of social care in students of SMAN 1 Lembah Gumanti. This research is motivated by a lack of understanding of the importance of subjects in students and parents, so a cooperative relationship between parents and teachers is needed to shape student subjects. Types of research used with data collection techniques in descriptive and qualitative form such as observations, interviews, and library studies. This study describes and shows the fact that teachers have worked hard to work with parents, among others fostering good relationships between parents and teachers, providing direction and learning about character education, including parents in this character education program, then also giving birth to a mutual agreement between teachers and parents about the limitations of the use of gadgets and social media for students. Coordinate teacher visits to students' homes to further monitor the policies that have been made. With the active role of both parties between teachers and parents is expected to realize the program of character building of the students Keywords character education; discipline; teachers; parents Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Elfina, Firman dan Rusdinal 514 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 Kata kunci pendidikan karakter; disiplin; guru; orang tua Coresponden Author Email vinachamelisa Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi Pendahuluan Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat Heri, 2012. Pentingnya pendidikan melalui pendidikan orang akan mendapatkan ilmu. Orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia akan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang menempati alam semesta ini. Oleh sebab itu tanpa proses pendidikan, manusia tidak akan menjadi manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, tanpa upaya manusia, pendidikan tidak akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, manusia harus dididik dan bisa menjadi makhluk yang terdidik Sepriyanti, 2006. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan agar dapat membentuk karakter yang baik bagi generasi penerus bangsa. Adanya dorongan akan pembentukan karakter bagi setiap manusia sebagai cikal bakal yang baik untuk menjalankan kehidupan sosial dalam masyarakat Haryati, 2017. Arti dari sebuah kata karakter sebagaimana yang diungkapkan oleh Hidayatullah & Rohmadi, 2010 bahwa karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, sedangkan menurut Heri, 2012 karakter merupakan keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Hal terpenting dan sangat berpengaruh pada generasi muda adalah pendidikan karakter. Peran orang tua, pendidikan, serta institusi agama punya peran dan tanggung jawab mengenai pembentukan karakter Kirschenbaum, 1995. Menurut Khan, 2010 pendidikan karakter adalah upaya dan cara berpikir serta berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Kebudayaan, 2013 pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang membina dan mencirikan bangsa di kalangan peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakternya sendiri, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang beragama dan nasionalis, dan berbuah dan Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 515 kreativitas. Berdasarkan penjelaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha sadar untuk merubah dan mengembangkan perilaku seseorang kearah yang lebih baik agar mampu berbaur dengan masyarakat dan lingkungannya. Mengingat banyaknya kejadian yang mengindikasikan krisis moral pada anak, remaja, dan lanjut usia, maka pendidikan karakter perlu diperkuat saat ini. Oleh karena itu, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat perlu dilakukan penguatan pendidikan karakter sejak dini. Disiplin merupakan salah satu ciri nilai yang harus dikembangkan. Nilai-nilai karakter subjek ini sangat penting bagi manusia, maka akan muncul nilai-nilai karakter baik lainnya. Berdasarkan hal tersebut, pentingnya penguatan nilai disiplin, kini banyak terdapat perilaku abnormal yang melanggar norma disiplin. Contoh lain dari perilaku tidak disiplin adalah membuang sampah sembarangan, parkir di lokasi yang telah ditentukan, ketidakpatuhan terhadap izin mendirikan bangunan, dan lain sebagainya. Akibat perilaku ilegal tersebut menunjukkan tidak adanya kesadaran masyarakat untuk melanggar perilaku disipliner yang ditetapkan oleh pemerintah Luthfi, 2018. Perilaku tidak disiplin sering juga ditemui di lngkungan sekolah. Salah satu contoh yang menunjukkan kurangnya kedisiplinan siswa yaitu di SMAN 1 Lembah Gumanti banyaknya siswa yang membolos. Datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengenakan seragam lengkap yang diatur dalam kode etik sekolah, membuang sampah sembarangan, dan tidak mengumpulkan pekerjaan rumah tepat waktu. Oleh karena itu, perhatian orang tua dan masyarakat sekitar sekolah juga sangat dibutuhkan Wengki Andika Putra, 2018 Menurut Agus Wibowo, 2012 menjelaskan bahwa untuk membentuk karakter peserta didik perlu dilaksanakan tiga rencana, yaitu 1 budaya sekolah yang berkualitas yang meliputi kualitas input, kualitas akademik dan kualitas non akademik; 2 Budaya pesantren, fokusnya pada pembinaan budi pekerti, keterbukaan, kepedulian, persatuan dan kerjasama; 3 Budaya disiplin, yang menitikberatkan pada pembinaan budi pekerti, khususnya keyakinan beragama. Pendidikan karakter merupakan bagian penting dari pengembangan kepribadian. Nilai karakter disiplin mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya, seperti rasa tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dll. Curvin, R. L., & Mindler, 1999 meyakini bahwa disiplin memiliki tiga aspek, yaitu 1 disiplin untuk mencegah masalah; 2 disiplin menyelesaikan masalah, agar masalah tidak bertambah parah; 3 disiplin mengatasi siswa yang tidak terkendali. Diperoleh berdasarkan berbagai penjelasan dari pertanyaan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji upaya guru dalam menjalin kerjasama dengan orang tua siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti sekolah untuk membentuk karakter kedisiplinan siswa. Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis diantaranya Wuryandani, Maftuh, & Budimansyah, 2014, “Pendidikan Karakter Disiplin Di Sekolah Dasar” Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter Elfina, Firman dan Rusdinal 516 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 disiplin di SD Muhammadiyah Sapen dilakukan melalui sembilan kebijakan, yaitu 1 membuat program pendidikan karakter; 2 menetapkan aturan sekolah dan aturan kelas; 3 melakukan sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur berjamaah; 4 membuat pos afektif di setiap kelas; 5 memantau perilaku kedisiplinan siswa di rumah melalui buku catatan kegiatan harian; 6 memberikan pesan-pesan afektif di berbagai sudut sekolah; 7 melibatkan orang tua; 8 melibatkan komite sekolah; dan 9 menciptakan iklim kelas yang kondusif. Menurut ST, 2015, “Peranan Guru IPS Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik” hasil dari penelitian menyatakan peran guru IPS sebagai pendidik diwujudkan dengan mengarahkan bakat dan kemampuan peserta didik, bertanggung jawab dan mewujudkan kewibawaan. Guru IPS sebagai pengajar diwujudkan dengan merencanakan serta melaksanakan pembelajaran. Guru IPS sebagai teladan diwujudkan dalam keteladanan penampilan, pergaulan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Guru IPS sebagai pelatih diwujudkan dengan membangun kesadaran peserta didik, melakukan karakter yang diajarkan bersama guru dan peserta didik. Metode Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian yang penulis ambil yaitu tentang kerjasama antara guru dan orang tua dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti. Maka Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada objek yang alamiah dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif, dengan menggunakan metode deskriptif kualitaif. Penelitian ini, Penulis melakukan teknik pengumpulan data berdasarkan pendapat dari Arikunto, 2006 pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan pendapat dari Sasmito & Nawangsari, 2019 yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan uji keabsahan data berupa Triangulasi. Hasil dan Pembahasan 1. Upaya Guru a. Mengadakan pertemuan antara orang tua dan guru Pertemuan ini diadakan sebagai bentuk komunikasi antara orang tua dan pendidik sekolah untuk membahas perkembangan anak di sekolah dan menyusun rencana guru di sekolah. Pertemuan tersebut di langsungkan setiap hari sabtu minggu ke-4 dalam sekali 3 bulan. pertemuan tersebut juga dibentuk panitia pertemuan yang beranggotakan orang tua siswa sendiri. b. Mensosialisasikan pendidikan karakter Sosialisasi ini dilakukan untuk mengembangkan pendidikan kepribadian yang dirancang oleh guru, seperti keinginan bersama untuk mengadakan pertemuan dan rencana untuk meningkatkan pengetahuan. c. Libatkan orang tua dalam program pendidikan karakter Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 517 Kontribusi orang tua dalam membentuk karakter siswa bisa dilakukan dengan mengawasi anak belajar di rumah dengan meningkatkan jam belajar, mematikan TV disaat belajar, mengawasi anak di dalam bermain dan bergaul. Selain itu juga mengontrol kegiatan dan perkembangan siswa di rumah. 2. Faktor Pendukung a. Keterlibatan orang tua Partisipasi orang tua dalam meningkatkan upaya guru antara lain mengawasi kegiatan siswa di rumah, meluangkan waktu mengikuti pertemuan yang diadakan oleh sekolah dan guru, serta menepati janji dan rencana yang dibentuk bersama guru dalam pertemuan tersebut. b. ketersediaan sarana dan prasarana sekolah Daftar nilai wajib disediakan oleh seorang pendidik. Guru menyampaikan hasil nilai ulangan siswa setiap semester. Menurut pendapat Purwanto, 2013, komunikasi harus dijaga terutama dalam hal diperlukan untuk meningkatkan pendidikan anak. 3. Faktor Penghambat Faktor-faktor ini termasuk pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan karakter, terjadinya miskomunikasi antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Hal ini sesuai dengan pandangan Lickona, 2013 menyatakan bahwa tentunya sebagian wali murid masih cuek atau kurang mendukung upaya sekolah untuk memberikan pendidikan berharga. Dalam hal pengembangan pembelajaran dan pengembangan karakter, banyak orang tua yang lebih memperhatikan pekerjaan daripada perkembangan anaknya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mendorong kerja sama antara orang tua dalam membentuk kepribadian peserta didik, antara lain membentuk Paguyuban orang tua-guru untuk menggalakkan pendidikan karakter dan melibatkan orang tua dalam pendidikan karakter tersebut. Perjanjian disipliner dengan orang tua untuk membatasi penggunaan gawai dan media sosial pada siswa, memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah, menyediakan pusat dukungan wali murid dan siswa, dan melakukan kunjungan ke rumah orang tua. Selain itu, banyak faktor yang mebantu upaya guru, antara lain peran serta orang tua dalam mendukung upaya guru untuk mendorong kerja sama, dan sekolah dapat memanfaatkan guru untuk meningkatkan sarana dan prasarana kerjasama dengan orang tua. Faktor yang menghambat upaya guru antara lain pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan siswa dan perkembangan mata pelajaran, komunikasi yang kurang antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Elfina, Firman dan Rusdinal 518 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 BIBLIOGRAFI Agus Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna Publishing. Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Development. Haryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. Pdf. Heri, Gunawan. 2012. Pendidikan karakter konsep dan implementasi. Bandung Alfabeta, 7–31. Hidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma Pustaka. Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta Kemesdikbud. Khan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Publishing. Kirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. ERIC. Lickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Aksara. Luthfi, Khabib. 2018. Masyarakat Indonesia dan Tanggung Jawab Moralitas. Guepedia. Purwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sasmito, Cahyo, & Nawangsari, Ertien Rining. 2019. Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan di Kota Batu. JPSI Journal of Public Sector Innovations, 32, 68–74. Sepriyanti, Nana. 2006. Artikel Nana Sepriyanti. Padang IAIN IB Press. St, Dian Handayani. 2015. Peranan Guru Ips Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Smp It Ar Raihan Bandar Lampung. Universitas Lampung. Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 519 Wengki Andika Putra, Putra. 2018. Hubungan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok. STKIP PGRI Sumatera Barat. Wuryandani, Wuri, Maftuh, Bunyamin, & Budimansyah, Dasim. 2014. Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 332. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Agus WibowoPenulis Agus Wibowo Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan I, Januari 2012 Tebal Buku xii, 172 hlm PENDIDIKAN karakter, saat ini dan mungkin untuk beberapa tahun ke depan sedang ngetrend dan booming. Itu tidak lepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai upaya memperbaiki karakter generasi muda pada khususnya dan bangsa ini pada umumnya. Sebagaimana kita ketahui, karakter bangsa ini tengah terdegradasi. Seperti ditandai dengan tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, antarkampung, dan sebagainya. Praktek plagiasi atas hak cipta, perjokian seleksi masuk perguruan tinggi negeri SMPTN, perjokian ujian nasional Unas, dan praktek korupsi yang kental mewarnai kehidupan kenegaraan kita. Semua itu hanya sekian dari contoh "amburadulnya" moralitas dan karakter bangsa kita saat ini. Pendidikan karakter hadir sebagai solusi problem moralitas dan karakter itu. Meskipun bukan sebagai sesuatu yang baru, pendidikan karakter cukup menjadi semacam gereget bagi dunia pendidikan pada khususnya untuk membenahi moralitas generasi muda. Pendidikan karakter–mungkin-bukan sesuatu yang baru, karena sebelumnya sudah ada pendidikan budi pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan PKn, pendidikan agama, dan sebagainya. Hanya saja, pendidikan karakter ini memiliki kelebihan karena merangkum tiga aspek kecerdasan peserta didik, yaitu kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Belum berhasilnya—untuk tidak menyebut gagal—implementasi pendidikan agama, PKn dan sejenisnya, menurut penulis buku ini, disebabkan dua hal pokok, yaitu Pertama, kurang terampilnya para guru menyelipkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Kedua, sekolah terlalu fokus mengejar target-target akademik—khususnya target lulus ujian nasional UN. Karena sekolah masih fokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, baik secara nasional maupun lokal di satuan pendidikan. Maka, aspek soft skils atau nonakademik sebagai unsur utama pendidikan karakter justru diabaikan. Bangsa kita sepertinya saat ini kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu. Seperti maraknya kasus tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, dan antarkampung. Tindak korupsi di semua lini kehidupan dan institusi. Kebohongan publik yang telah menjadi bahasa sehari-hari. Tidak ada kepastian hukum, karena pada prakteknya hukum kita bisa diperjualbelikan. Parahnya lagi, bangsa ini miskin figur yang bisa jadi contoh konkret, serta diteladani oleh masyarakat. Maka tidak heran jika pembentukan dan pembinaan karakter bangsa menuju masyarakat yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat nasionalisme laksana kapal tanpa pedoman di tengah luasnya samudera. Membaca fakta-fakta krisis moralitas sebagaimana diuraikan, kalau kita sadar, bangsa ini sedang berada di sisi urang kehancuran; tinggal sedikit lagi masuk tercebur dalam jurang kehancuran. Hal itu sebagaimana pendapat Thomas Lickona, seorang pendidik karakter dari Cortland University. Menurut dia, sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, jika memiliki sepuluh tanda-tanda, seperti; 1 meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2 membudayanya ketidakjujuran, 3 sikap fanatik terhadap kelompok/peer group, 4 rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 5 semakin kaburnya moral baik dan buruk, 6 penggunaan bahasa yang memburuk, 7 meningkatnya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 8 rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara, 9 menurunnya etos kerja, dan 10 adanya rasa saling curiga dan kurangnya kepedulian diantara sesama. Kita semua tentu tidak ingin bangsa ini hancur. Alangkah sedinya para Bapak Bangsa dan para pejuang bangsa, yang sudah susah payah merebut kemerdekaan dengan tetesan keringat, darah dan air mata melihat hasil perjuangannya tak tersisa akibat kehancuran. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang salah dengan bangsa ini. Sehingga sebagian besar generasi muda dan generasi tua telah tergadaikan karakternya. Moralitas, budi dan susila, telah absen dari kehidupan mereka, hingga yang tersisa tidak sedikit pun. Bagaimana cara mengatasi krisis moralitas dan tergadainya karakter sebagian generasi muda itu? Dapat dikatakan krisis moralitas dan karakter utama bangsa ini, sudah sedemikian akut. Maka, solusi terbaik untuk memperbaiki karakter bangsa ini adalah dengan mengoptimalkan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter, sebaiknya melalui proses berkelanjutan, tidak berakhir selama bangsa ini ada dan ingin tetap eksis. Pendidikan karakter uga hrus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi, sehingga ketika terjadi pergantian kepemimpinan—baik presiden atau menteri pendidikan—pendidikan karakter ini jangan sampai dihilangkan, meskipun demi alasan politis sekalipun. Dalam semangat merevitalisasi dan mengarusutamakan pendidikan karakter itulah buku ini muncul. Di dalamnya dibahas hal ikhwal pendidikan karakter, yang antara lain meliputi urgensi, pengertian, sejarah, hingga desain dan implementasi pendidikan karakter di berbagai tingkat pendidikan. Dibahas juga bagaimana pendidikan karakter tersebut dilakukan di lingkungan paling intim bagi setiap peserta didik, yakni keluarga. Buku ini layak dibaca oleh para mahasiswa, dosen dan sivitas akademika lain yang bergelut di bidang ilmu pendidikan. Demikian pula para pengambil kebijakan dan praktisi pendidikan guru dan tenaga pendidikanm dapat menarik informasi dan inspirasi penting dari buku SasmitoErtien Rining NawangsariThis research was conducted from February to April 2018 with qualitative descriptive methods. The data sources consist of primary data sources and secondary data sources, primary data sources obtained from observations, and interviews. Interview with informants purposive sampling based on the interview guides as instruments, and the researchers as research instruments. While secondary data is obtained from documentation. Data analysis used the Miles and Huberman models of Sugiyono, 2017 whose activities include data reduction, data display and conclution drawing / verification. The results of this study, the implementation of the Keluarga Harapan Program PKH effort to alleviate poverty in the Social Service Office of Batu City has been going well. Communication is established well with PKH Facilitators, and PKH Participants. The Social Service involves the Facilitators in meetings coordination, as provisions for improving professionals seminars and matrices in to help the Facilitators to assist PKH Participants in providing counseling to tell the terms and conditions that must be fulfilled by the Participants. The Government's Social Service of Batu City has exercised its authority both from aspects communication, resources, disposition, and bureaucratic structure with PKH Assistants in the implementation to alleviate the PKH Participants' poverty. Therefore the implementation is being well because of the determined terms and conditions in education terms permanent school participants and in the health terms long term health insurance, so that social assistance through PKH cash can be received by the Participants through the BNI account of each PKM Participant. Furthermore, the PKH Assistants help the Participants to counseling provide to PKH Participants in skills possessed develop by the each Participant. Therefore, for the long term PKH implementation in poverty alleviation efforts will be able to be realized by the Government's Social Service of Batu Penelitian Surat Pendekatan PraktisSuharsimi ArikuntoArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum DevelopmentR L CurvinA N MindlerCurvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Karakter dalam KurikulumSri HaryatiHaryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. karakter membangun peradaban bangsaM HidayatullahFurqonMuhammad RohmadiHidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma karakter berbasis potensi diriYahya KhanKhan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth SettingsHoward KirschenbaumKirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues TerjemahanThomas LickonaLickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka CiptaNgalim PurwantoPurwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Faktorpendukung bersumber dari guru, orang tua dan hal lain. Pada guru berkaitan dengan ketrampilan menggunakan teknologi, pemahaman terhadap karakteristik anak, ketahanan dalam menghadapi tantangan pembelajaran, kemmapuan menjalin komunikasi dengan orang tua dan meminta keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran, membantu memberikan solusi Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kerja sama merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang secara bersama oleh kedua belah pihak dalam rangka mencapai tujuan bersama Arifiyanti, 2015. Sehingga dalam kegiatan kerjasama dibutuhkan kedua belah pihak yang memiliki tujuan yang sama, ketika menjalin kerjasama namun kedua belah pihak tidak seide atau memiliki tujuan yang berbeda maka akan terjadi masalah dalam hubungannya. Orang tua dan guru merupakan suatu peran yang sangat penting dalam mendukung perkembangan anak baik secara fisik maupun sosial. hubungan kerjasama yang dilakukan orang tua dan guru bertujuan untuk mengikuti sejauh mana perkembangan anak mereka di sekolah. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Blue-Banning dkk ia menyebutkan bahwa kerjasama yang efektif antara sekolah dan orang tua ditandai dengan keterlibatan keluarga dalam meraih tujuan bersama, yaitu untuk perkembangan optimal anak. Agar hubungan kerjasama terjalin dengan baik, orang tua harus menerima dukungan dari sekolah berupa pengetahuan dan sarana yang bisa mendorong orang tua untuk berpartisipasi penuh sebagai mitra kerja sekolah, dan pihak sekolah menerima masukan dari keluarga yang dapat mendukung mereka untuk mengajar dan memfasilitasi belajar anak secara lebih efektif. Keberhasilan anak ditentukan hubungan kerjasama yang baik dari orang tuanya dan guru disekolah. Karena dengan kerjasama guru dan orang tua yang saling pengertian dan bantu membantu akan meningkatkan prestasi belajar anak. Untuk menciptakan hal tersebut ada beberapa hal yang harus ditempuh guru dan orang tua, diantaranya adalah 1Mengadakan pertemuan pada hari penerimaan siswa baru dan sekaligus membuat komitmen. 2Mengadakan surat menyurat antara orang tua dan guru. 3Adanya daftar nilai rapor 4Kunjungan guru ke rumah siswa atau sebaliknya. 5Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil kerja siswa. 6Mendirikan perkumpulan antara orang tua dan guru. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Denpasar - Sempat tertunda akibat Pandemi Covid-19, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Widya Sakti menggelar pertemuan bersama orang tua/wali murid kelas 1X, Minggu (24/7). Pertemuan berlangsung di Aula SMP Widya Sakti, Jln. Trenggana No 8 Penatih Denpasar juga dihadiri Ketua Komite I Wayan Parta, ST dan Ketua Yayasan Widya Sakti I Wayan Widia, BA. Perbagai masalah dibahas
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Penulis menemukan beberapa konten yang berisi kekecewaan orang tua murid terhadap guru di media sosial. Banyak yang memberikan komentar dukungan terhadap pihak tersebut namun sayangnya disertai dengan kalimat memojokan kepada pihak guru atau sekolah. Sebagai seorang pendidik penulis merasa prihatin dengan menjamurnya konten-konten serupa yang disebar ke khalayak umum. Terlihat dengan jelas kekecewaan pihak tersebut dengan konten yang provokatif sehingga bisa menggiring opini negatif terhadap pihak yang tidak tahu kronologis kejadian ikut memberikan komentar memojokan. Jelas ini bukanlah cara yang tepat untuk menyampaikan pendapat ataupun memperbaiki keadaan. Menyimak cerita dari salah satu pihak hanya akan menimbulkan kesalahpahaman yang jauh lebih besar. Bahkan bisa menimbulkan masalah tersebut membuat penulis merasa hubungan antara pihak sekolah atau guru dengan pihak orang tua murid tidak harmonis. Semestinya ada kolaborasi yang kuat antara kedua belah pihak untuk bersama-sama mendidik murid di rumah dan di sekolah. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan meminimalisir kesalahpahaman. Memberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk berdiskusi mengenai perkembangan murid. Segala informasi diterima dengan pemikiran terbuka, hati yang lapang dan tentunya saling menghormati. Kerjasama antara guru dengan Orang tua murid merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mendidik murid. Pendidikan yang efektif dan efisien tidak akan berhasil tanpa adanya kolaborasi antara orang tua di rumah dan guru sebagai orang tua di sekolah. Kedua belah pihak perlu melakukan kerjasama yang harmonis demi kebaikan. dokumentasi pribadi Pertemuan rutin merupakan salah satu cara yang penulis lakukan untuk menjalin kerjasama dengan orang tua murid. Pada awal tahun ajaran penulis bersama orang tua murid melakukan pertemuan untuk membahas program-program yang akan dilaksanakan satu tahun kedepan. Salah satunya adalah pertemuan rutin setiap tiga bulan sekali sesuai dengan kesepakatan. Ada banyak sekali manfaat dari pertemuan rutin yang kami sebut sebagai Paguyuban Orang tua Kelas dua, yaitu sosialisai program;membahas perkembangan murid selama 3 bulan terakhir dari sisi akademik dan sosial;membahas isu terkini; menyampaikan saran dan masukan;guru dan orang tua murid sama-sama mendapatkan informasi penting mengenai murid di rumah dan di sekolah;meningkatkan hubungan yang berkualitas antara guru dan orang tua murid. dokumentasi pribadi Makan bersama setelah kegiatan. Kegiatan ini bisa dilaksanakan di sekolah atau bisa di luar sekolah seperti rumah orang tua murid ataupun rumah guru. Pembahasaan agenda paguyuban kelas disampaikan secara santai. Suasana kaku antara orang tua murid dan guru saat berdiskusi tidak tampak sama sekali. Obrolan hangat disertai canda tawa mewarnai kegiatan. Guru menyampaikan program kelas, kondisi kelas, maupun isu terhangat mengenai anak. Kadang disisipi parenting untuk menambah wawasan pendidikan bagi orang tua. Orang tua bisa menyampaikan pendapat, saran dan masukan bagi pihak sekolah. Guru juga mendapatkan banyak informasi mengenai kondisi murid di rumah. Pertemuan diakhiri dengan makan bersama. Para orang tua dan guru membawa bekal dari rumah masing-masing. Saling mencoba makanan sehingga semakin akrab. Hubungan seperti ini membuat kami saling mengenal satu sama lain. Kesalahpahaman bisa langsung dikomunikasikan dan diluruskan dengan santai. Guru juga membuka komunikasi yang seluas-luasnya bagi orang tua murid di luar pertemuan rutin tiga bulan sekali. Bisa menghubungi guru via medsos atau berdiskusi secara langsung di luar jam pelajaran. Dokpri Pertemuan rutin paguyuban orang tua kelas dua telah tiga kali dilaksanakan sepanjang tahun ajaran ini. Manfaat pertemuan ini sangat terasa. Program di kelas pun bisa berjalan baik dengan dukungan dari orang tua murid. Tantangan utama kegiatan ini adalah kehadiran orang tua murid pada pelaksanaan kegiatan. Beberapa berhalangan hadir dikarenakan sakit, ada keperluan atau bahkan ada yang tidak pernah hadir sama sekali. Penulis berharap kedepannya program paguyuban kelas bisa terlaksana lebih baik, dilaksanakan di setiap sekolah bahkan kelas dengan dukungan penuh dari para orang tua murid. Mengingat pentingnya kerjasama antara orang tua murid dan guru pihak sekolah untuk mendukung pendidikan anak. 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya . 363 58 463 414 391 442 112 96

pertemuan orang tua murid dan guru